PHOTO PAMERAN RELIK TANGGAL 23-26 APRIL 2009 JOGJAKARTA

Altar Pameran Relik Suci Sang Buddha dan Guru-Guru Besar Buddhist

Anggota Sangha sedang melihat relik-relik yang dipamerkan dalam pameran relik suci Sang Buddha dan Guru-Guru Besar Buddhist

Seorang anak kecil sedang melakukan pemandian rupang Buddha yang dibantu oleh orang tuanya.

Pemandian rupang Buddha melambangkan purifikasi karma burukkita.

Pengunjung melakukan pradaksina (berjalan mengelilingi altar relik searah jarum jam)

Pengunjung sedang melihat relik-relik yang dipamerkan dalam pameran relik ini.

Seorang volunter sedang memberikan penjelasan kepada pengunjung pameran relik

Anggota Sangha memberikan pemberkahan relik kepada pengunjung (Seorang balita yang digendong oleh ortunya)

Anggota Sangha memberikan pemberkahan relik kepada pengunjung (Seorang umat muslim).

Pameran ini dibuka untuk umum, bagi siapa saja yang ingin melihat relik dan mendapatkan berkah dari Buddha, tanpa membedakan agama.


Pameran Relik Suci Sang Buddha di Yogyakarta

Pengunjung melihat Relik dan memberikan penghormatan kepada Relik Suci Sang Buddha


Relik Maudgalyayana (Salah satu Murid Sang Buddha) bersinar saat pembukaan pameran Relik Suci Sang Buddha dan Guru-Guru Besar Buddhis.

Pameran Relik Suci Sang Buddha di Indonesia


Pameran Relik Suci Sang Buddha dan Guru-guru Besar Buddhis:
  • Rangkaian tur keliling dunia ini telah mengunjungi lebih dari 40 negara dan untuk pertama kalinya mengunjungi Indonesia.
  • Merupakan kesempatan yang langka untuk bisa melihat dan diberkahi langsung oleh relik suci seorang guru spiritual apalagi relik dari Sang Buddha dan banyak guru besar Buddhis.
  • Relik memberikan kesempatan untuk menjalin koneksi spiritual secara personal dengan makhluk tercerahkan

Pameran Relik akan diadakan di Indonesia untuk pertama kali nya khususnya di kota Yogyakarta pada:

Tanggal : 23, 24, 25 & 26 April 2009

Tempat : Ruang Kadarman Gedung Administrasi Pusat

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Mrican, Jogjakarta


Selain itu, Pameran ini juga diadakan di 3 tempat lainnya di Indonesia (bisa lihat pada gambar di atas).

Pameran ini bebas biaya masuk dan ada pemberkahan setiap hari.

Jadi, bagi Bapak/Ibu/Saudara/i dan teman-teman sekalian, luangkan waktu Anda untuk menghadiri Pameran Relik ini.


CP: Heryno (+628562559988), Jean-Pascal (+6285865532377),

"Keajaiban" Relik

Andy Melnic, Seorang petugas relik pada Relik tur Eropa takjud ketika munculnya pelangi pada acara relik tur di Florence, Sicily, Marseille, Brussels, Hannover dan Dublin -- 6 acara dalam 1 jajaran

Carmen Straight, Petugas pada tur Relik di USA, melihat seorang anak perempuan berusia 5 tahun sedang berjalan mengelilingi altar relik dan mengamati relik tersebut dengan perasaan ingin tahu. Carmen tanya pada anak tersebut apa yang sedang dia lakukan. Lalu dia mejawab:
"ada banyak sekali warna yang cantik yang bersinar dari relik-relik tersebut dan saya mencoba untuk mengingat mereka semua."

Jordan Rothstein, seorang pengunjung pada salah satu acara tur relik di San Francisco mendeskripsikan pengalamannya:
" Energi pemberkahan yang sangat kuat keluar dari relik tersebut; keliatannya seperti menghasilkan banyak pemurnian emosional dan bahkan pemurnian fisik, dan setelah itu kamu akan merasa semuanya bersinar."

Petugas relik telah menyaksikan relik berlipatganda secara spontan. Ada gambar relik Buddha Kasyapa, Buddha Sakyamuni, dan Ananda sebelum dan setelah berubah warna, ukuran bertambah besar, dan jumlah relik bertambah banyak. (lihat gambar di bawah ini - relik Ananda sebelum dan setelah perubahan)


koleksi relik

Koleksi Relik

Dalam sepanjang hidupNya, Lama Zopa Rincpoche telah mengumpulkan relik-relik yang langka yang dipersembahkan oleh para Guru-Guru Spiritual di dunia ini. YM Dalai Lama telah mempersembahkan delapan relik dari Buddha Sakyamuni untuk koleksi itu. Pada akhirnya seluruh relik akan diabadikan dalam patung Buddha Maitreya yang akan dibangun di India.

Di bawah ini adalah informasi dari relik-relik yang telah di koleksi:

Buddha Sakyamuni

-- 4 relik yang serupa dipersembahkan oleh Yang Mulia Dalai Lama ke-14

-- relik darah datang dari Museum Relik Meiktila di Burma dan dipesembahkan oleh kepala biara yang mengelola museum tersebut.

-- relik kepala dipersembahkan kepada Lama Zopa Rinpoche oleh murid Beliau, Wu Wen Yuen di Taipei, Taiwan pada tahun 2001

-- relik butiran kecil yang dipersembahkan oleh seorang bhikkhu Thailand yang membawa relik tersebut ke Malaysia

-- relik serpihan salju, putih berasal dari Museum relik Meiktila di Burma

-- Satu relik besar dan tiga relik kecil dipersembahkan oleh seorang bhikkhu senior di Borobudur Indonesia.




NAGARJUNA
Nagarjuna (abad 2-3) merupakan seorang pandit India yang menyadari bahwa sangat sedikit orang yang mengerti sifat sesungguhnya dari realita yang diajarkan Sang Buddha di dalam sutra-sutra Penyempurnaan Kebijaksanaan. Beliau mengetahui bahwa jika hal ini tidak bisa dipahami maka tidak ada jalan untuk keluar samsara (lingkaran kelahiran kembali yang tidak terkontrol) dengan mencapai pembebasan. Oleh karena itu, Nagarjuna menyusun Five Treatises on Reason yang menjelaskan Jalan Tengah (Middle Way).
Beliau menunjukkan bahwa kebenaran tertinggi dan kebenaran konvensional tidaklah kontradiktif, melainkan saling melengkapi. Beliau menunjukkan bahwa walaupun bahkan bagian terkecil yang bisa dibayangkan dari sebuah atom tidak eksis secara tidak terkondisi (yang mengacu pada kebenaran tertinggi), kebenaran konvensional dari karma (sebab dan akibat) adalah tidak berkontroversi (dengannya): tindakan bajik (tetaplah) menghasilkan kebahagiaan dan tindakan tidak bajik menghasilkan penderitaan.
Relik tersebut berasal dari Biara Labrang Tashi Khyil di Tibet dan diberikan oleh Jamyang Shepa Rinpoche.

LAMA ATISHA
Lama Atisha (982-1054) lahir di Bengal, India. Beliau menjadi cendikiawan terpelajar di Biara Nalanda di India, yang bisa dianggap sebagai biara filosofi Buddhis termasyur sepanjang masa.
Di Tibet, pernah terjadi kebingungan mengenai bagaimana mempraktekkan ajaran Sang Buddha dengan benar. Raja Tibet, Yeshe Od, melakukan perjalanan panjang dan berbahaya menuju India untuk mengundang Lama Atisha ke Tibet agar beliau bisa menghilangkan kebingungan tersebut.
Di tengah perjalanan, Raja Yeshe Od ditangkap oleh penguasa setempat Raja Garlok, tetapi daripada memberikan uangnya sebagai tebusan, dia menggunakannya untuk mengirim pembawa pesan ke Lama Atisha. Karena itu, tanpa uang, dia tidak bisa membayar tebusannya, Yeshe Od meninggal di dalam penjara.
Ketika Lama Atisha mengetahuinya, beliau sangat tersentuh oleh aspirasi sang raja demi rakyatnya dan juga pengorbanan yang telah diberikannya. Atisha melakukan perjalanan ke Tibet, tiba pada tahun 1042, untuk menurunkan silsilah yang tidak terputuskan dari ajaran Sang Buddha. Ketika di Tibet, beliau menulis sebuah teks Buddhis terkenal, Cahaya Penerang Jalan Menuju Pencerahan (Lamp on the Path to Enlightenment), yang untuk pertama kalinya menyusun semua ajaran Sang Buddha ke dalam sebuah jalan tunggal praktek.
Relik putih tersebut diberikan ke Lama Zopa Rinpoche oleh Y.M. Sakya Jigdrol Dagchen Rinpoche. Beliau menerimanya dari tempat penyimpanan relik Sakya di Tibet.

MARPA SANG PENERJEMAH
Marpa Lotsawa, “Marpa Sang Penerjemah”, (1012-1097) lahir di Lhodrak Chukhyer di bagian selatan Tibet, dari sebuah keluarga makmur. Beliau mulai belajar pada usia muda tetapi memiliki perilaku yang liar dibandingkan anak-anak lainnya. Kemudian, beliau memutuskan berangkat ke India untuk belajar dengan guru Buddhis India yang terkenal. Untuk mencapai tujuan tersebut, Marpa kembali ke rumahnya di Lhodrak dan menukar semua warisannya menjadi emas untuk membiayai kebutuhan perjalanannya dan sebagai persembahan untuk gurunya.
Marpa menghabiskan waktu 12 tahun belajar dengan Naropa dan guru-guru besar India lainnya. Setelah 12 tahun, beliau kembali ke Tibet dimana ia menghabiskan banyak tahun untuk mempraktekkan jalan Buddhis, mengajar, dan menerjemahkan kitab-kitab Buddhis. Beliau memberikan kontribusi terbesar pada transmisi lengkap ajaran Sang Buddha ke Tibet. Marpa terkenal sebagai guru spiritual Milarepa, yang dikenal luas sebagai yogi termasyur dari Tibet.
Relik marpa diberikan oleh Raymond dan Emily Wu selama acara tur relik di kota New York, New York, USA, tahun 2004.

MILAREPA
Milarepa adalah salah satu yogi Tibet yang paling dikagumi. Beliau lahir pada tahun 1052.
Ketika ayahnya yang kaya meninggal, paman Milarepa merampas warisan keluarganya. Atas permintaan ibunya, Milarepa mempelajari ‘ilmu hitam’, membunuh banyak orang yang berhubungan dengan pamannya.
Kemudian, Milarepa bertobat dan mencari guru spiritual. Beliau menemukan Marpa Sang Penerjemah yang memperlakukannya dengan sangat keras untuk mempurifikasi karma sebelumnya Milarepa yang menyebabkan begitu banyak kerugian pada orang lain.
Dalam jangka waktu yang lama Marpa menolak memberikan ajaran apapun kepada Milarepa, malah memberikannya serangkaian tugas yang makin sulit dan membuat frustasi. Sebagai contoh, beliau meminta Milarepa membangun sebuah rumah dengan tangan dan setelah selesai, menyuruh dia membongkarnya.
Akhirnya, Marpa memberikan Milarepa banyak ajaran dan inisiasi dan Milarepa mempraktekkannya dengan sepenuh tenaga sambil tinggal sendirian di sebuah gua dan hanya mengkonsumsi jelatang. Di bawah bimbingan Marpa, beliau mencapai pencerahan.
Milarepa menyusun banyak nyanyian spiritual yang menunjukkan realisasinya. Salah satu bait yang terkenal adalah:
“Meditasi pada sifat alami batin yang tidak dilahirkan – bagai ruang, tanpa pusat, tanpa batas; bagai matahari dan bulan, terang dan jelas; bagai sebuah gunung, tidak bergeser, tidak goyah; bagai samudera, dalam dan tak terukur.”
Relik Milarepa diberikan kepada Lama Zopa Rinpoche oleh muridnya, Wu Wen Yuen di Taiwan, 2001.

LAMA TSONGKHAPA
Lama Tsongkhapa (1357-1419) lahir di daerah Tsong Kha, Provinsi Amdo di Tibet bagian timur. Beliau adalah pendiri tradisi Gelug pada Buddhisme Tibetan, dan terkenal dengan dedikasinya pada praktek mental dan fisik yang penuh semangat.

KEUNTUNGAN MELIHAT RELIK



Mengamati relik suci akan menginspirasi kita untuk mengembangkan hati dan pikiran kita, untuk mengembangkan cinta kasih dan welas asih dan untuk memehami pelajaran spiritual.

Ketika Sang Buddha tinggal di India sekitar tahun 563 SM, orang-orang pada waktu itu mempunyai kesempatan untuk mendengar dan melihat Beliau secara langsung, diberkahi oleh Beliau dalam bentuk tubuh manusiaNya. Pada sekitar abad 483 SM Sang Buddha meninggalkan dunia ini dan memasuki Nirvana (pencapaian Sempurna) pada waktu tubuhNya wafat. Pada waktu itu, dengan welas asih, Beliau meninggalkan relik-relik, maka pada hari ini kita masih mempunyai kesempatan untuk menerima berkah dari Buddha secara langsug.

Guru spiritual sepanjang sejarah telah memberkahi dunia ini dengan relik mereka dan fenomena ini masih berlangsung hari ini. pada tahun 2001, Geshe Lama Konchog, seorang meditator dan Sarjana dari Tibet yang dipuja, meninggal dunia di biara Kopan di Nepal. setelah tubuhNya dikremasi, orang-orang yang menghadiri upacara pemakaman dikejutkan dengan menemukan ratusan batu seperti kristal-relik di antara abu-abu.

Tour Relik Proyek Maitreya Berkah dari Para Buddha

Tour Relik Proyek Maitreya
Berkah dari Para Buddha

“Dimulai dari welas asih, anda mencapai pembebasan”
Lama Zopa Rinpoche, Pembimbing Spiritual, Proyek Maitreya


Apa itu Maitreya Project Heart Shrine Relic Tour?
Koleksi lebih dari 1.000 relik suci dari Buddha dan Guru Besar Buddhis lainnya akan melakukan serangkaian tur keliling dunia. Relik tersebut nantinya akan secara permanen ditempatkan di dalam hati sebuah patung Maitreya megah yang akan dibangun di Kushinagar, India.

Apa itu Relik?
Ketika guru spiritual dikremasi, objek cantik berbentuk seperti mutiara/kristal ditemukan di dalam abunya. Istilah tibetannya ringsel. Ringsel tersebut spesial karena mengandung kualitas-kualitas dari guru spiritual tersebut. Kesucian internal mereka tercermin dari bentuk reliknya. Guru spiritual yang sesungguhnya pada umumnya tidak membicarakan pencapaian mereka. Relik merupakan bukti secara fisik bahwa guru tersebut telah mencapai kualitas welas asih dan kebijaksanaan sebelum mereka meninggal.

Apa keuntungan melihat Relik?
Relik memberikan kesempatan yang langka untuk menjalin koneksi spiritual secara personal dengan makhluk tercerahkan. Para guru memilih meninggalkan relik sehingga kita dapat membuat sebab untuk kebahagiaan kita melaluinya.

Terus dan terus, orang-orang terjalin hubungan secara langsung dengan pancaran energi welas asih yang luar biasa dari relik tersebut. Beberapa umat Buddhis maupun non-Buddhis memberitahukan kepada kami bahwa mereka merasa terinspirasi, disembuhkan dan merasa ketenangan hanya dengan berada di dekat relik.


Relik siapa yang ada dalam koleksi?
Terdapat beberapa relik dari Buddha historis, Sakyamuni yang lahir pada 563 SM. Terdapat juga relik murid-murid Sang Buddha, penemu silsilah dari berbagai tradisi, begitu juga dengan guru-guru kontemporer. Daftar lengkapnya terdapat dalam souvernir brosur tur Relik.


Bagaimana memberi penghormatan kepada Relik?
Pendekatan tradisional adalah dengan berpradaksina, namaskara, dan memberi persembahan. Tapi ini bukan suatu keharusan. Relik berlaku untuk setiap orang tanpa mempermasalahkan latar belakang spiritual atau agama. Tidak ada aturan formalitas yang ketat. Kami hanya minta untuk penuh rasa hormat dan penuh kesadaran. Anda dipersilahkan merasa pengalaman bersama relik dengan cara yang sesuai untuk anda. Kadang orang tergerak hatinya berdoa untuk kedamaian dunia dan untuk tumbuhnya cinta kasih di hati setiap orang di dunia.


Fokus dari Proyek Maitreya?
Proyek Maitreya membangun patung Buddha Maitreya setinggi 500 kaki/ 152 meter di Kushinagar, India. Patung tersebut akan menjadi simbol welas asih untuk dunia dan akan secara langsung menerapkan welas asih tersebut ke dalam usaha yang praktis dengan membangun sekolah, rumah sakit dan klinik, dan secara tidak langsung dengan membangun ekonomi lokal untuk membantu masyarakat setempat.

Dimana bisa menemukan lebih banyak mengenai relik dan proyek maitreya ini?
Kunjungi www.maitreyaproject.org

Heart Shrine Relic Tour